Madiun, Mataramanews.com – Desa wisata di Kawasan Selingkar Wilis di Madiun mendapatkan pendampingan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jatim. Pendampingan itu menggandeng Lembaga Kita Indonesia Penggerak (KIP) Foundation.
Kepala Bidang Destinasi Pariwisata Provinsi Jawa Timur, Dra Susiati menjelaskan pendampingan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pelaku dan pengelola desa wisata berbasis potensi daerah setempat.
Desa Kare, Madiun ini, kata Susiati, punya potensi destinasi dengan panorama alam dan budaya yang bagus. Karena itu dibutuhkan sinergi dan kolaborasi untuk membangun destinasi wisata yang lebih maju.
“Potensi Desa Kare ini punya kekayaan alam dan budaya yang luar biasa sehingga kami perlu peran panjenengan semua untuk membangun desa ini,” ujar Susiati, Senin (26/2/2024).
Selain itu, Susiati menyampaikan terima kasih kepada KIP Foundation sebagai stakeholders yang mendukung kegiatan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim selama ini.
“Terima kasih KIP Foundation dan Sampoerna Untuk Indonesia yang telah men-support dan berkolaborasi dalam setiap pendampingan Desa Wisata di Jatim,” tukas Susiati.
Kegiatan pendampingan desa wisata ini dibuka Agus Purwo Widagdo, Kepala Dinas Pariwisata dan Pemuda Olahraga (Disparpora) Madiun.
Dalam sambutannya ia mengharapkan agar kegiatan pendampingan ini menjadi salah satu jalan memajukan desa wisata di Kabupaten Madiun.
Agus juga mengingatkan kepada para peserta yang hadir perlu melakukan kesepakatan bersama antara pemerintah, lembaga, dan masyarakat desa setempat agar bersama-sama siap memajukan desa wisatanya.
“Program prioritas desa wisata harus menjadi kesepakatan bersama semua elemen. Karena tidak bisa hanya mengandalkan satu pihak saja sehingga perlu sinergi dengan pemerintah, lembaga, pelaku dan masyarakat desa setempat,” jelas Agus
Sementara itu, Dwi Ariady Kusuma selaku Founder KIP Foundation dalam paparannya menjelaskan bahwa dalam program pengembangan desa wisata yang berkelanjutan membutuhkan kerja sama dari berbagai sektor dengan model pentahelix.
“Perkembangan desa wisata yang berkelanjutan sangat membutuhkan strategi kemitraan yang kuat, salah satunya dengan menggunakan kerja sama model pentahelix yang melibatkan unsur pemerintah, swasta, akademisi, media, dan masyarakat,” kata Ari.
Selain kerja sama pentahelix, Ari menjelaskan bahwa komunitas masyarakat dalam sebuah desa juga menjadi kekuatan yang memiliki peran penting dalam keberlanjutan desa wisata, salah satu yang ia contohkan adalah Desa Kendal Bulur, Kabupaten Tulungagung.
“Di sana kami menemukan sejumlah keunikan dari segala dinamika yang ada di desa itu. Sehingga melahirkan konsep Community Base Tourism (CBT) sebagai basis keberlanjutan desa wisatanya, yang selanjutnya model ini akan kami terapkan di program kerja pendampingan desa wisata 2024 ini,” ujar Ari.
Menurutnya, CBT akan menjadi hal menarik karena mengkaji interaksi pengunjung yang secara sosiokultural lebih dekat dengan masyarakat di desa setempat.
“Mereka sendiri telah mengalami dinamika kehidupan dan kebudayaannya sehingga akan melahirkan spirit motivasi untuk berkontribusi pada pembangunan bidang ekonomi dan sosial di desa wisatanya masing-masing,” ungkap Ari.
Secara historis sejak 2019 lalu KIP Foundation telah menjalankan pendampingan ke pelosok desa di Jatim untuk memastikan pembangunan ekonomi desa melalui pengembangan usaha wisata.
“Sehingga sampai 2023, sudah berjalan 4 tahun berkeliling menyasar 65 desa dengan memberi pelatihan, pendampingan, dan penyaluran bantuan secara intensif yang didukung oleh Sampoerna untuk Indonesia dan Pemerintah Provinsi Jatim,” katanya.
Komentar