Ajaib, Jemaah Asal Magetan Ini Bisa Berangkat Haji Tanpa Uang Sepeser pun

Daerah102 Dilihat

Surabaya, mataramanews.com – Tidak bisa mengelak untuk berkata tidak bila panggilan itu datang. Panggilan suci dari Allah untuk hamba yang terpilih, untuk menunaikan rukun Islam yang kelima, rukun yang paling berat dilaksanakan, yaitu menunaikan ibadah haji.

Salah seorang jamaah haji perempuan dari  Magetan, Jawa Timur punya cerita unik untuk bisa memenuhi panggilan haji. Eka (50), begitu ia menyamarkan namanya saat bercerita mengenai bagaimana dirinya bisa berangkat haji tanpa uang sepeser pun.

Eka adalah sarjana dari kampus swasta di Malang. Meski pendidikannya terhitung tinggi, namun kehidupannya tak semulus saat masih kuliah.

Usai tamat kuliah, sekira 22 tahun lalu, dirinya langsung diterima menjadi sekretaris desa di Magetan. Di sana dia berhak mengelola tanah kas desa alias tanah bengkok. Tanah itu disewakan, hasilnya lumayan. Setahun bisa mencapai Rp4 juta.

Uang itu langsung didepositkan ke bank, dengan satu tujuan: naik haji.

Tak berjalan lama uang itu awet di bank. Ketika itu, ada kerabat yang mengaku butuh uang. Eka yang tak kuasa melihat saudaranya susah, langsung menarik semua depositonya dan meminjamkan seluruhnya.

Namun, uang yang harusnya terkumpul untuk membiayai perjalanannya ke Tanah Suci itu tak pernah kembali hingga saat ini. Keinginan berangkat haji pun hampir punah.

“Waktu itu awal 2000. Biaya naik haji sekitar Rp8 jutaan,” katanya mengenang, saat ditemui di Asrama Haji Surabaya, jelang keberangkatannya ke Tanah Suci, dilansir dari Antara, Selasa (7/6/2022).

Saat uang itu masih ada, Eka sudah mempersiapkan kebutuhan untuk berangkat haji. Busana berupa baju putih dan mukena pun sudah ia beli jauh-jauh hari.

“Akhirnya baju putih saya kasihkan orang, mukenanya saya simpan sampai sekarang. Biasanya saya pakai untuk salat di setiap hari raya,” ujarnya.

Sejak itu Eka tidak pernah menjalani kehidupan yang lebih baik. Ibu empat anak ini bahkan menapaki kehidupan terjal dengan bekerja serabutan demi memenuhi kebutuhan keluarga yang dijalaninya sampai sekarang.

“Terkadang jadi sopir untuk mobil carteran. Seringkali jadi buruh tani,” kata perempuan paruh baya yang menguasai ilmu bela diri ini.

Maklum, suaminya hanya guru ngaji di desa. Menurutnya, setiap hari, buat makan besok saja belum tahu apa ada yang bisa dimakan. Namun, keajaiban datang padanya. Ia pun akhirnya berangkat haji, meski tanpa membawa bekal uang sepeserpun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *