Dilema Pengusaha Tahu Magetan: Mogok Rugi, Kalau Lanjut Sedih

Daerah103 Dilihat

Magetan, mataramanews.com – Udara panas pabrik tahu tempat Edi Mulyono (49) warga Desa Suratmajan, Maospati, Magetan, Jawa Timur tak menyurutkan semangatnya untuk mengolah kedelai menjadi tahu. Meski kini harga kedelai tembus Rp 11 ribu per kilogram, dirinya hanya bisa pasrah. Sang pemilik yakni Purwanto (60) warga setempat memilih untuk bertahan.

Edy pun juga memilih untuk tetap memproduksi tahu di tengah naiknya harga. Dirinya berpikir kalau berhenti bekerja akan membuatnya semakin kelaparan, karena jelas tak dapat uang jika mogok kerja. Meski produksi harian terpaksa dipangkas 50 kilogram hingga 150 kilogram, dirinya masih tetap harus memproduksi bahan makanan dari sari kedelai itu.

“Mogok kerja itu bunuh diri. Kami orang kecil hanya bisa tetap bekerja meski di tengah kondisi harga kedelai yang melonjak. Dalam hati tetap sedih karena produksi harian tak bisa maksimal seperti biasa yakni mencapai 500 kilogram,” kata Edy saat ditemui di pabrik tahu tempatnya bekerja, Sabtu (19/2/2022)

Dirinya tak bisa menaikkan harga tahu yang kini ada di pasaran. Sementara hanya bisa mengurangi jumlah produksi saja. Menurutnya, turut menaikkan harga tahu hanya akan membuat produknya justru tak laku.

“Mau gimana lagi, pasaran minta harga tetap. Dan kami sudah terbentur dengan harga kedelai. Jadi, ya tetap bisa pasrah, kami harap pemerintah bisa segera menstabilkan harga kedelai. Di kisaran Rp 8 ribu saja cukup. Kalau tidak segera turun maka bisa gulung tikar,” kata Edy.

Sementara itu, Destriana salah seorang pengecer tahu menyebut dirinya hanya menyesuaikan ukuran tahu. Tentunya dengan semakin kecil karena harga semakin tinggi. “Karena pasar kan mintanya tetap harga segitu. Tapi ukurannya kami sesuaikan dengan harga. Tentu semakin kecil, karena harga lebih mahal,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *