Magetan, mataramanews.com – Kenaikan harga beras di Magetan sudah terjadi selama lebih dari sepekan ini. Kenaikannya mencapai Rp 3.000 per kilogram. Pedagang pun merasakan penurunan omzet imbas daya beli masyarakat yang semakin menurun.
“Beras jenis IR 64 biasa yang sebelumnya Rp9.500 per kilogram naik menjadi Rp 11.000. Beras IR 64 super yang sebelumnya Rp10.500 naik Rp12.000 per kilo,” kata Tri Purwati pedagang beras di Pasar Sayur.
Untuk beras bengawan, sebelumnya dibanderol Rp 10.000 per kilogram kini dijualnya dengan harga Rp 12.000 per kilogram. Kenaikan harga beras terjadi sejak bulan Desember kemarin secara bertahap.
“Sejak Desember 2022, pasokan beras ke pasar mulai berkurang, sehingga harga beras terus merangkak naik. Yaitu naiknya Rp2.000 hingga Rp3.000. Beras naik masyarakat yang membeli juga mulai berkurang,” jelasnya.
Pun, beras menjadi salah stau penyumbang inflasi di Magetan. Badan Pusat Statistik (BPS) Magetan mencatat bulan Desember 2022 angka inflasi di Kabupaten Magetan sebesar 5,80 persen year on year (yoy) naik dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 2 persen yoy atau mengikuti penilaian inflasi Kota Madiun.
“Iya betul, inflasi Kabupaten Magetan naik bila dibandingkan dengan tahun 2021. Sebelumnya 2 persen menjadi 5,80 persen,” kata kepala BPS Magetan Imam Sudarmaji.
Dia mencatat ada beberapa kelompok pengeluaran yang mempengaruhi kenaikan inflasi. Rincian, makanan, minuman, dan tembakau sebanyak 6,42 persen, kelompok pakaian dan alas kaki naik 3,47 persen, kelompok perumahan naik 2,71 persen. Kemudian kelompok perlengkapan rumah tangga 3,06 persen, kelompok kesehatan 9,87 persen dan transportasi 16,18 persen.
“Ada pula kelompok informasi komunikasi dan jasa keuangan menjadi satu-satunya kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi yakni sebesar 7,73 persen. Untuk kelompok rekreasi, olahraga dan budaya menyumbang inflasi 3,01 persen dan penyediaan makanan dan minuman mengalami inflasi 4,32 persen,” jelasnya.
Sedangkan pada kelompok mamin, beras menyumbang inflasi tertinggi Desember 2022 lalu. Yakni, sebesar 0,43 persen. Disusul telur ayam ras 0,22 persen, rokok kretek 0,21 kemudian bawang merah dan bawang putih 0,11 persen. Sedangkan komoditas yang menekan inflasi yoy pada kelompok ini yakni minyak goreng -0,21 persen, daging ayam -0,12 persen dan cabai rawit 0,11 persen.
” Kelompok bahan pokok di atas menyumbang inflasi sebesar 1,67 persen,” pungkasnya.
Semsntara itu, Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) sekaligus Sekretaris Daerah Magetan Hergunadi membenarkan jika tingkat inflasi di kabupaten Magetan masih tinggi. Meski inflasi Magetan juga turun peringkatnya dari tahun 2021 dan berada dibawah Kabupaten Ngawi.
“Iya betul angka inflasi Magetan masih cukup tinggi yakni 5,8 persen. Namun inflasi kita lebih baik dari kabupaten Ngawi pada tahun 2022 kemarin. Kami akan segera melakukan operasi pasar untuk stabilisasi harga,” katanya.











